Tuesday, November 16, 2010

Gunung Lanang di Yogyakarta Ritual dan Kepercayaan

Gunung Lanang Tempat Melancarkan Jodoh Untuk Wanita

TEMPAT ini merupakan sebuah gundukan tanah tinggi yang membentuk bukit kecil, Gunung Lanang namanya. Dari struktur tanahnya, sebenarnya Gunung Lanang lebih pas kalau disebut sebagai dataran yang menyembul ke atas, dari pada disebut sebagai gunung.

Gunung Lanang terletek dibagian barat daya kota Yogyakarta. Tepatnya berada di wilayah Temon, Kulon Progo, Yogyakarta. Kurang lebih berjarak 40 km atau sedikitnya butuh waktu 1,5 jam jika berangkat dari pusat Kota Budaya ini. Kawasan Gunung Lanan juga berdekatan dengan kawasan Pantai Glagah, sebuah pantai yang berada di pesisir selatan pulau Jawa.

Sang juru kunci mengatakan, kata Lanang pada nama gunung ini merupakan kata dalam bahasa Jawa. Jika diartikan, Lanang berarti kaum pria. Jadi, jika dimaknakan secara harfiah Jawa, Gunung Lanang berarti sebuah gunung pria. Sesuai dengan namanya, Gunung Lanang ada keterkaitan dengan kaum Adam. Artinya, tempat ini merupakan tempat yang makbul bagi suatu permohonan dari seorang perempuan yang berkaitan dengan kaum pria. “Banyak yang datang ke sini agar dicepatkan mendapat jodoh atau suami,” kata juru kunci ini.
Tak perlu ditutup-tutupi lagi, memang Gunung Lanang ini banyak didatangi oleh kaum Perempuan. Rata-rata dari mereka meminta agar dientengkan jodoh serta dimudahkan suami dan segala hal yang berkaitan dengan kaum pria. Termasuk didalamnya adalah masalah rumah tangga yang ada hubungannya dengan pria.

Dikatakan kakek tua ini, tak jarang perempuan yang datang ke Gunung Lanang ini berasal dari berbagai tempat, seperti dari Jakarta, Semarang, Surabaya, Madura, Kalimantan, bahkan dari Lombok sekalipun pernah menemui Pawirosuwito di Gunung Lanang ini. “Pernah ada yang minta mendapatkan anak di sini. Tujuh hari tujuh malam berada di puncak Gunung Lanang ritual sendirian,” tukas Pawirosuwito.
Di gunung ini, bersemayamlah Eyang Sidik Permono yang konon merupakan gaib yang menaungi tempat keramat ini. “Kalau di sini harus hati-hati, tidak boleh sembrono. Kalau main-main, nanti penunggunya murka,” kata Pawirosuwito seolah mewanti-wanti.

Serangkaian prosesi wajib dilaksanakan oleh setiap perempuan yang akan melakukan ritual di tempat ini. Dengan diantar oleh Pawirosuwito, kemudian tamu menuju ke atas puncak Gunung Lanang. Di sana, para peritual bisa memanjatkan permohonannya dengan cara bermeditasi yang diiringi dengan pembakaran kemenyan atau dupa dan taburan kembang setaman. “Biasanya ritual dilakukan pada jam 11 malam,” serunya.

Ada hari-hari tertentu dimana Gunung Lanang ini menurut juru kunci makbul untuk dilakukan permohonan, yakni saat malam Jumat Kliwon atau malam Selasa Kliwon, terutama saat bulan purnama tiba.
Tidak ada aturan harus berapa jam pemohon melakukan meditasinya. Jika dirasa sudah cukup bisa pula langsung meninggalkan tempat tersebut. “Seperti itu adalah kemantapannya masing-masing. Kalau merasa sudah tenang, mereka bisa merampungkan semedinya,” ujar Pawirosuwito.

Kata juru kunci, jikalau permohonannya diterima, mereka akan ditemui oleh sesosok gaib berbadan gemuk serta semua serba putih bernama Ki Ismoyo. Ismoyo, merupakan tokoh Semar yang ada dalam serita pewayangan Jawa yang merupakan bapaknya para dewa. “Jika semedinya diterima, nanti akan ditemui oleh Ki Ismoyo,” ujar Pawirosuwito.

Proses interaksi antara peritual dengan Ki Ismoyo ini tidaklah berlangsung lama, hanya hitungan detik saja. Dan biasanya para pemohon yang datang belumakan beranjak dari tempatnya bersemedi jika dirinya belum bertemu dengan Ki Ismoyo tersebut. “Ya seperti seseorang yang diberi wejangan serta petuah,” imbuhnya.
Lantas bagaimana Pawirosuwito bisa mengetahui apakah suatu permohonan yang dilakukan oleh para pemohon perempuan itu dikabukan atau tidak? Pawirosuwito mengaku, jika dilain kesempatan orang itu kembali dan menemui dirinya untuk melakukan ritual yang sama, bisa dipastikan permohonan orang itu belum terkabulkan.

Bagi mereka yang berhasil, walaupun tidak dianjurkan oleh sang juru kunci, banyak dari mereka yang melakukan selamatan di Gunung Lanang bersama kakek tua ini. “Tapi biasanya dikabulkan atau tidak, pasti perempuan itu akan datang lagi kemari. Kalau yang berhasil biasanya mereka mengadakan selamatan dengan menyembelih kambing, yang nenti kepalanya akan ditanam di sana,” kata juru kunci ini kepada

1 comments:

Unknown said...

Ini foto dan tulisan saya yang pernah saya tulis untuk Redaksi www.krjogja.com

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons