Sendang Titis
PERJALANAN hidup mendiang Presiden Soeharto memang sangat kental dengan kehidupan olah batin dan laku spiritual. Berbagai tempat dikunjunginya dan dijadikan sebagai tempat untuk mendekatkan dirinya pada alam kebatinan Jawa. Salah satunya adalah di tempat ini, tempat yang konon diyakini mampu mengangkat derajat dan pamor Soeharto ketika akan berkuasa selama 32 tahun di negeri ini.
Tempat keramat ini adalah sebuah mata air, atau orang Jawa sering menyebutnya dengan sebutan sendang, namanya Sendang Titis, namun ada juga yang menyebutnya dengan nama Sendang Semanggi, sebuah tempat penuh aura magis di subuah dusun kecil, Dusun Semanggi, Desa Bangunjiwo, Kecamatankasihan Bantul Yogyakarta.
Sendang Titis terletak di lereng bukit cadas kapur di dusun ini, bernama Bukit Sempu. Dari pusat kota Yogyakarta, berjarak sekitar 20 km ke arah arah selatan, atau jika kita mencapainya dengan berkendaraan, akan memakan waktu kurang lebih 45 menit.
Mbah Purwoutomo (75), juru kunci Sendang Titis menceritakan tentang asal mula sendang keramat ini. “Kalau kapannya, itu tidak ada yang tahu pasti kapan terjadinya sendang ini. Tapi yang jelas itu sudah lama sekali, sudah berabad-abad lamanya,” terangnya. Kata Titis pada nama Sendang Titis diambil dari suatu peristiwa yang terjadi yang mengiringi terbentuknya secara gaib sendang tersebut. Dahulu, mata air di atas bukit ini saat mengeluarkan air sampai gemercik menetes seperti sebuah air terjun kecil.
Peristiwa menetesnya air terjun kecil ini mirip sekali dengan peristiwa tetasan air hujan yang mengenai Tritisan atap-atap rumah Jawa jaman dahulu. Tritisan atau kata dasarnya Tritis, dalam dalan bahasa Jawa berarti bagian emperan atau pojokan rumah adat Jawa. Sehingga dengan peristiwa tersebut, kemudian mata air tersebut dinamai dengan nama Sendang Titis, serapan kata dari bahasa Jawa Tritis.
Adapula anggapan lain yang menyatakan, kata Titis dari nama Sendang Titis ini berasal dari bahasa Jawa, Titis yang berarti jitu. Konon diyakini, barang siapa saja orangnya yang melakukan laku sritual di tempat ini, akan mendapatkan suatu petunjuk yang titis alias jitu.
Menaikan Pamor Soeharto
Juru junci mengatakan, sendang ini dulu-dulunya adalah tempat favorit mendiang Soeharto untuk melakukan ritual olah batin. Ketika itu, Soeharto dikawal dengan puluhan bahkan ratusan prajurit militer. Pengamanan dibuat beberapa ring atau lapisan pengamanan, hingga kawasan Sendang Titis benar benar-benar dibuat steril untuk kedatangan Soeharto di tempat tersebut.
"Saat itu, Pak Harto masuk ke area Sendang Titis sendiri, sambil membawa sebuah keris. Pak Harto waktu itu hanya tidur di bawah pepohonan bambu yang terletak dibawah tebing bukit. Disitu Pak Harto tidur hanya beralaskan karung beras saja,” kata Mbah Purwoutomo sambil menunjuk pepohonan bambu di utara rumahnya, tak jauh dari Sendang Titis berada.
Konon ada tata cara ketika seseorang akan melakukan ritual penyucian raga di Sendang Titis ini. Yang pertama-tama, niat harus bersih dan tidak boleh memiliki niat yang buruk. Setelah itu mengambil air sendang dengan tangan kanan, kemudian tangan kiri menepuknya sebanyak tiga kali. Kemudian, cipratkan air yang masih tersisa di tangan tersebut ke bahu kanan dan kemudian ke bahu kiri. Setelah itu, barulah berbilas dan menyucikan badan dengan cara mandi di sendang tersebut.
Mendiang Soeharto dahulu bisa sampai ke tempat ini bukan tanpa alasan. Hal ini terkait erat dengan adanya sosok seseorang yang disebut-sebut sebagai tokoh yang sangat dihormati oleh Soeharto semasa hidup sampai akhir hayatnya. Beliau adalah Almarhum Romo Marto, yang telah tutup usia pada tahun 1990 dalam usianya yang ke 90 tahun.
Romo Marto adalah seorang ahli kebatinan Jawa yang juga menjadi guru sebuah padepokan yang terletak di kaki Bukit Sempu, tak jauh dari Sendang Titis berada, dengan nama Padepokan Penepen Sendang Titis. Konon, Romo Marto bisa sampai dan mendirikan padepokan di kawasan sekitar Sendang Titis tersebut, atas dasar wangsit atau bisikan gaib. Bisikan gaib tersebut mengisyaratkan agar supaya Romo Marto harus melakukan ritual di Sendang Titis tersebut.
Sekitar tahun 1957, Soeharto resmi diangkat menjadi murid oleh Romo Marto. Sejak itulah hubungan kedekatan antara guru dan murid tersebut terjadi hingga akhir hayat mereka berdua. “Hubungan batin antara Romo Marto dan Pak Harto sangatlah dekat. Walau Pak Harto tidak datang langsung, namun kontak batin antara Romo Marto dengan Pak Harto berjalan terus,” ujarnya.
Kini, Sendang Titis berikut Padepokan Penepen Sendang Tritis tetap ramai dikunjungi para peritual, tak terkecuali dari berbagai kalangan masyarakat. Pada hari-hari pada penanggalan Jawa seperti Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon, atau pada bulan bertepatan tanggal 1 Suro, tempat ini selalu jadi dibanjiri orang-orang yang ingin melakukan oleh batin.
"Kebanyakan dari mereka ingin dinaikan derajatnya dengan melakukan laku spiritual di tempat ini. Sebagaimana halnya yang dulu pernah dilakukan Pak Harto semasa hidupnya di Sendang Titis ini,” terang Mbah Purwoutomo.
1 comments:
Ini foto dan tulisan saya yang pernah saya tulis untuk Redaksi www.krjogja.com
Post a Comment